One of Creatures Bagian I - Jati Diri
One Of Creatures
Di Eleandur yakni kota misteri yang berbatasan dengan pegunungan
Bellami dan San Porco, hiduplah seorang laki-laki berwatak lembut dan pemalu
bernama Riyan Mist Fleanor. Riyan selalu merasa seperti ada sesuatu yang tak
biasa dalam hidupnya sejak masuk sekolah menengah Erdebel, walaupun realita
kehidupannya sangat terkesan biasa saja namun Ia sungguh yakin ada keanehan
yang terjadi.
Setiap hari ketika sekolah, Riyan merasakan kelelahan
yang luar biasa. Seperti sekarang Ia bangun dengan lengan sebagai tumpuan di
atas meja, tulang-tulang terasa remuk tak luput dari apa yang Ia rasakan
setelah tertidur dengan suasana kelas yang sepi, Ia bersiap-siap untuk pulang
dan membawa tasnya. Diantara kesunyian sore hari menjelang malam, sekelebat
bayangan tiba-tiba lewat melalui lapangan dekat kelas Hexagon lalu hilang
terbawa angin menuju pepohonan pinus yang tumbuh lebat di sekitar sana.
Riyan yang kelelahan tidak memikirkan hal lain selain
pulang dan menikmati masakan legendaris ibunya. Dengan berjalan tergopoh-gopoh
dia segera melanjutkan perjalanan menuju rumahnya dengan mata yang menukik tajam memperhatikan
jalanan malam, lagi-lagi tampak sekumpulan asap berada tepat di tengah jalan.
Riyan memicingkan mata sedikit terkejut, dengan langkah pasti Ia segera berjalan
semakin mendekat kemudian asap tersebut buyar diiringi suara gagak.
“Anak-anak ujian praktek mikroorganisme diadakan
selasa depan, Ibu harap kalian semua bisa mengikuti ujian tanpa absen ”Ucap Bu
Morgo dilanjutkan menerangkan pelajaran materi tumbuhan dikotil. Di tengah
kebosanan, Riyan berpikir sangat keras
dikala munculnya entitas bayangan yang sering muncul tiba-tiba hampir setiap
hari, “Rasanya akhir-akhir ini ada sesuatu yang menggangu” pikirnya. Dalam
hitungan detik, tiba-tiba muncul sesosok orang dewasa dengan jubah hijau yang
menutupi hingga ujung kepala menarik kerah baju Riyan ke depan lalu keadaan
menjadi gelap gulita.
Setelah mengerjapkan mata berulang kali Riyan menyadari dia berada di dalam gua dengan hawa lembab. Merasa keheranan dan menganggap ini mimpi dia bangun dan menelusuri gua tersebut. Di bagian terdalam, ada laki-laki berjubah hijau yang duduk bersila di atas batu besar yang dikelilingi telaga berwarna biru. Sosok itu berdiri, melewati air dengan melayang kemudian melepas jubahnya tepat di depan Riyan.
“Siapa kamu sebenarnya?” Sosok itu bertanya namun mengintimidasi
dan megeluarkan aura merah.
“Dipsy lala poooo” Riyan menjawab dengan melongo lalu kembali
bertanya
“Kamu siapa?, bukankah manusia biasa tidak bisa
terbang?”
“Saya Edgar, sepertinya kamu sudah mengenal saya Tuan”
Edgar mengangkat tangannya dan mengeluarkan semacam energi menyerupai laser
melalui ujung telunjuk dan mengarahkan ke dada Riyan.
“Tuan?” Disana Riyan kembali di buat bingung lalu ia
merasakan sakit di bagian ulu hatinya, hingga pandangan terasa menggelap. Ia
pingsan lagi.
Sejak hari bertemu dengan Edgar, Riyan selalu
merasakan ada memori lain dalam dirinya yang terkadang terus muncul. Ia dapat
menarik kesimpulan melalui memori tersebut bahwa selama ini dirinya menjadi
korban pemerasan inti sihir yang menyedot daya sihirnya itulah kenapa dia
sering merasakan lelah yang teramat sangat. Pemikiran itu diperkuat setelah Pak
Pegro, seorang kepala sekolah Erdebel dengan rambut putih menemui Riyan secara pribadi
saat jam istirahat tiba.
Mereka memulai pembicaraan dengan perkataan Pak Pegro.
“Riyan ingatlah ini dibalik dinding sekolah kita
terdapat kekuatan dahsyat yang menyerupai jagad raya, dengan aura sepanas inti
bumi. Untuk saat ini kekuatan tersebut belum bangkit seutuhnya nak. Kamu sudah
menyadarinya bukan?. Sang mahadaya yang merupakan jelmaan raja iblis terkuat,
kekuatanmu sudah mulai bangun.” Pak Pegro menjelaskan dengan setengah-setengah.
Namun, aku tidak memahami kalimat akhir yang ia bicarakan.
“Apakah yang bapak maksud kekuatan saya? Apa benar
sedahsyat itu?”
“Tentu saja Riyan, selama ini saya baru bisa menyadari
keberadaanmu sekarang, sejak lama saya merasakan membesarnya energi batu
bertuah di inti sekolah ini, padahal batu itu menjadi perantara untuk memiliki kekuatan
kehancuran. Konon katanya, energi yang diserap bukan untuk melemahkan sesorang
dengan tingkat energi melebihi kapasitas manuisa melainkan pertanda pemecah
segel sang pemilik kekuatan kehancuran.
Biarpun energi yang kau miliki begitu besar, namun
tetap saja terlalu sukar untuk dicari, hingga akhirnya saya menyampaikan
keanehan ini pada perkumpulan sihir Erdebel serta petinggi kota lain. Tentu
saja, akhir-akhir ini mereka mencari tahu energi siapa yang diserap dan mulai
menyelidikimu. Saya rasa kekuatanmu sangatlah dahsyat Riyan, energimu tak
pernah berkurang bahkan kami menemui fakta bahwa kekuatanmu sangatlah besar dan
sulit dikendalikan untuk menjaga keseimbangan bumi. Tak ayal kamu belum
mengetahui, karena segel terlarang yang menutup kekuatanmu untuk bangkit. ”
“Di sekolah ini terdapat sihir Pak?”
“Bukankah kota dimana tempat kita tinggal banyak desas
desus keberadaan sihir? Perkumpulan sihir sekolah kita merupakan salah satu
dari sekian banyak penggunaan sihir tersembunyi kota”
“Saat ini lebih baik kamu ikut dalam perkumpulan sihir
Erdebel, kita harus bergegas mencari tahu kekuatan mu”
“Sepertinya tidak bisa Pak, saya bahkan tidak pernah
menggunakan sihir sebelumnya, lagipula ini terlalu mendadak saya perlu waktu
untuk mencerna semua ini” Riyan berbicara dengan perasaan yang tak karuan,
selama ini ia memang menyukai kekuatan seperti yang ada di film-film fantasi.
Namun, bukankah terlalu berlebihan untuk dialami di dunia nyata.
“Kita tidak punya waktu untuk menunggu, cepat atau
lambat kekuatanmu akan tercium oleh sekutu kegelapan. Bapak menutup kemungkinan
kekuatanmu akan di salah gunakan dan mengganggu keseimbangan gelap dan terang.
Ada baiknya kamu ikut perkumpulan sihir mulai hari ini, tepatnya saat sekolah
hampir gelap datanglah ke dalam kelas hexagon setelahnya kamu akan melihat
orang yang akan menuntunmu” Pak pegro memegang bahu Riyan dengan tatapan yang
hangat Ia mencoba untuk meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Kepala sekolah tua yang bijaksana mengetahui tentang
keberadaan Riyan. Dia menyadari bahwa nasib rakyat dan penduduk kota tergantung
pada kelangsungan hidup Riyan.
Komentar
Posting Komentar